Kamis, 19 Januari 2012

Meninggalkan Takabur Menuju Syukur


Meninggalkan Takabur Menuju Syukur
Meninggalkan Takabur Menuju Syukur
Penulis : Ust. Nurul Huda
Ukuran buku : 14,5 cm x  21 cm tebal : 256 halaman
Sampul depan : Soft Cover
Penerbit : Mitrapress – Surabaya
Harga Rp. 16.500,-
Sinopsis : Manusia memiliki nafsu amarah dan muthmainnah. Nafsu amarah mendorong manusia untuk melakukan keburukan atau menghalangi untuk berbuat kebaikan. Sedangkan nafsu Muthmainnah adalah jiwa yang tenang. Nafsu ini dapat menjadikan seorang hamba giat beribadah dan mensyukuri anugerah Allah yang diberikan padanya. Nafsu Amarah yang ada di dalam diri manusia akan membuatnya mudah terjerumus oleh bujuk rayu setan. Apabila seorang dikuasi oleh nafsu amarah dan tergelincir oleh bujukan setan niscaya dia akan terjerumus pada perbuatan maksiat, yaitu membangkang pada kehendak Tuhan. Sebagai wujud dari pembangkangan itu adalah munculnya sifat sifat takabur, ujub, riya’ dan lain sebagainya. Sifat-sifat tersebut menyebabkan seseorang jatuh pada kekufuran dan akan mendapatkan murka Allah swt. Bagi orang yang menyadari akan kekeliruannya, maka dia akan bertaubat dari segala perbuatan dosa yang dilakukannya. Dia menyikapi kemaksiatan-kemaksiaan untuk dijadikan sarana mendekatkan diri kepada Allah swt. Perjalanan untuk mendekatkan diri kepada Allah agar bisa sampai padaNya adalah disebut wushul atau suluk. Hal itu dapat ditempuh dengan tawadlu’, yaitu merendahkan diri dihadapan Allah swt. Sifat tawadlu’ ini membuat seseorang selalu mengintrospeksi diri, dan memperbiki kesalahan serta kekurangan amal perbuatannya dalam bertakwa kepada Allah swt.
Ketakwaan itu akan menjadikan jiwa yang tenang, karena memahami bahwa semua peristiwa dan nasib yang dialami oleh manusia adalah bersumber dari Allah. Sehingga dalam situasi apa pun menjadikan seorang hamba tetap bersyukur padaNya. Orang-orang yang bersyukur, tentu akan mendapatkan anugerah Allah yang lebih banyak lagi berupa kemudahan dan kesenangan di dunia dan juga kelak di akhirat. Tentu buku yang sederhana ini tidak bisa menjelaskan rangkaian Ilmu Tuhan yang tiada terhingga, namun setidaknya diharapkan dapat menjadi sebuah refleksi dalam memahami agama yang di bawah oleh RasulNya, Muhammad saw. Atas kekurangan dan kekhilafan semoga Allah berkenan memberikan pengampunannya, dan kami selalu menerima saran serta kritik dari para pembaca untuk perbaikan dan kesempurnaan selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar